Saya sering bergurau dengan ibu mertua saya tentang kemampuannya berbicara dengan anjing-anjing peliharaannya. Beliau bisa menanggapi gonggongan anjing-anjingnya dengan penuh pengertian dan perhatian. Mungkin sekarang beliau dan para pemilik anjing lainnya bisa mendengar juga suara tawa dari anjing peliharaan mereka. Sejumlah ilmuwan telah menemukan bahwa banyak hewan, seperti anjing, sapi, rubah, anjing laut, dan parkit, memiliki “isyarat vokal bermain”—yang dikenal juga sebagai tawa. Mengenali suara-suara tersebut dapat membantu seorang pengamat membedakan apakah seekor hewan sedang bermain atau berkelahi.
Mengetahui bahwa hewan dapat tertawa dan mengungkapkan kegembiraan memberi kita sudut pandang yang menarik tentang bagaimana makhluk hidup ciptaan Allah lainnya memuji Dia dengan cara mereka sendiri. Saat Raja Daud memandang sekelilingnya, tampak baginya “bukit-bukit berikatpinggangkan sorak-sorai” dan padang rumput serta lembah “bersorak-sorai dan bernyanyi-nyanyi” (Mzm. 65:13-14). Daud menyadari bahwa Allah telah memelihara dan memperkaya negeri itu, dengan menghiasi dan merawatnya.
Meski alam di sekeliling kita tidak “bernyanyi” dalam pengertian harfiah, semua itu mempertunjukkan karya Allah yang aktif dalam penciptaan-Nya dan juga mengundang kita untuk memuji Dia dengan suara kita. Kiranya kita—yang berdiam hingga ke “ujung-ujung bumi”—merasa “takut kepada tanda-tanda mujizat-[Nya]” dan menanggapi-Nya dengan “bersorak-sorai” (ay. 9). Kita percaya bahwa Dia mendengar dan memahami puji-pujian kita.
Leave a Reply